Jumat, 14 Januari 2011

Kebahasan

GEJALA BAHASA SEBAGAI AKIBAT MOTIVASI
(PEMBANTU RUMAH TANGGA JAWA BERLOGAT JAKARTA)
Oleh: Galih Mardiyoga/0202510055/B2

A. PENDAHULUAN
Fenomena sosial masyarakat daerah yang berbondong-bondong ke kota metropolitan untuk mengubah kehidupan kearah yang lebih baik menjadi sebuah masalah sosial yang sangat kompleks bagi kota tujuan. Megahnya etalase kota, mal, dan pusat-pusat pemerintahan baru dengan gaya arsitektur modern yang dicangkokkan dari rahim modernisme itu sekaligus menandai suatu universalitas nilai kosmopolit dalam masyarakat mutakhir meski selalu terselip keganjilan di dalamnya. Hal tersebut yang menjadi faktor pemikat dalam upaya meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Banyak dari para pendatang tersebut tidak mempunyai ketrampilan maupun ijazah pendidikan formal yang memadai sehingga bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT). Kebanyakan dari pendatang tersebut adalah masyarakat Jawa.
Para pendatang dari daerah seringkali dikenal sebagai kaum urban. Urbanitas sendiri dalam konteks sosial ekonomi dan budaya tidak hanya merefleksikan sebuah formasi diskursif tatanan dunia kehidupan sosial politis, tapi juga perubahan paradigmatik didalamnya, dimana nilai-nilai mengalami universalisasi di satu pihak, dan fragmentasi di pihak lain. Itu ditandai oleh capaian teknik, industri, gaya hidup, dan pertukaran budaya di dalamnya meski selalu terselip anomali-anomali di dalamnya. Bahkan, secara sistematik industri kebudayaan yang menandai kultur urban masyarakat itu telah melahirkan marginalisasi, kapitalisasi, dan eksploitasi. Dalam konteks itulah proses urbanisasi yang meniscayakan pertukaran budaya (cultural share), persilangan, dan persenyawaan budaya selalu menarik untuk dilihat terkait dengan bergesernya modus individu dan masyarakat yang ingar-bingar tampil dalam kota-kota besar sebagai hasil dari proyeksi modernitas.

B. MOTIVASI
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Robbins (2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Menurut Sondang P. Siagian (dalam Soleh Purnomo 2004:36) motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Herzberg (1966) ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.







• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan).

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan social need-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur)

Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
Dari berbagai teori di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

C. CULTURE SHOCK ATAU CULTURE SHARE
Culture Shock adalah perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan jaman dan wawasan yang makin berkembang ini biasanya terjadi pada orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke lingkungan yang baru. Sangat wajar, apabila seseorang yang masuk dalam lingkungan budaya baru mengalami kesulitan dan tekanan mental. Seperti yang dikatakan Nolan: “lingkungan baru membuat tuntutan-tuntutan dimana kita tidak tahu respon yang tepat, dan respon yang kita berikan tidak menunjukkan hasil yang dikehendaki.”
Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang mengadu nasib ke kota metropolitan seringkali berubah logat dari daerah ke logat Jakarta yang metropolis. Salah satu faktor yang menjadikan PRT Jawa berlogat Jakarta adalah motivasi. Motivasi yang mempengaruhi hal tersebut tersebut adalah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Selain itu, titik universalitas nilai seseorang (PRT) tampak ketika manusia konkret dan partikular itu melebur dalam batasan etnik, kultur, dan bahasa menjadi satuan anasir tak terbilang oleh identitas politik maupun ideologi. Tingkat polarisasi dan gejala konsumtivisme menjadi suatu penanda di mana batasan atau pemilahan ideologi itu telah melebur dalam bentuk universalisme modernitas meski tak dapat ditampik selalu ada unsur fragmentasi di dalamnya, terutama dalam bentuk-bentuk baru, seperti meleburnya batasan ideologi dan politik ke wilayah pertukaran hobi dan minat yang sama dari setiap individu di dalamnya.

D. BAHASA DAN SIKAP
Modernitas pun dalam arti tertentu telah meringkus dan meringkas manusia dalam dekapan ruang dan waktu. Di situ temporalitas menjadi keniscayaan dari semangat kebaruan yang tampil dalam masyarakat urban. Bahkan, pilihan dan ruang itu secara implisit diisyaratkan atau bahkan direpresi oleh kepentingan industri, baik itu diintrodusir oleh iklan maupun pencitraan komoditas yang tampil sehingga melahirkan bentuk atau karakter fetish (berhala) dari komoditas. Penyimpangan-penyimpangan itu tampak secara vulgar dalam bentuk budaya narsisme, hedonisme, dan konsumerisme sehingga dalam batas tertentu keteraturan dan normalitas dunia kehidupan modern pun melahirkan budaya schizophrenia sebagaimana tampil dalam bentuk kapitalisme. Tak ada lagi batasan teritori, bahasa, dan etnisitas dalam kultur urban. Semuanya melebur dalam gairah perayaan sekaligus pengorbanan yang lahir dari efek globalisasi. Manusia urban kini tampil sebagai ikon yang seolah telah meninggalkan batas tradisi dan bahasa serta perubahan modus produksi dan aktualisasi di dalamnya sehingga etalase kota pun diriuhkan oleh heterogenitas budaya.

E. KESIMPULAN
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

F. DAFTAR PUSTAKA
Maslow, A. (1984), Motivasi dan Kepribadian, Pustaka Binangan Prestindo: Jakarta.
Robbins. S. P. (1996), Perilaku Organisasi, Jilid 2, Prehallindo: Jakarta.
Siagian. S. (1995), Teori Motivasi dan Aplikasinya, PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Siagian. S. (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, PT. Ardi Mahasatya:
Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar