Kamis, 20 Januari 2011

Analisis SWOT KTSP SMP

ANALISIS KURIKULUM KTSP DI SMP N 1 BOJONG
KABUPATEN PEKALONGAN

1. LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

2. TUJUAN KTSP
Tujuan umum dari kurikulum KTSP yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Tujuan khusus dari kurikulum KTSP yaitu untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama,
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.


3. IMPLEMENTASI KTSP
Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang dilaksanakan secara nasional sejak tahun 2007/2008 merupakan inovasi tiada henti dalam bidang kurikulum dan sebagai upaya pembaharuan dalam pendidikan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Terkait dengan hal itu sebagian pelaksana pendidikan masih awam untuk mengimplementasikan kurikulum tersebut, karena untuk mengimplementasikan KTSP sesuai dengan panduan atau ketentuan yang dikeluarkan oleh BSNP, maka para pelaksana pendidikan (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, Yayasan) harus memahami konsep KTSP secara benar dan komperhensif.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi (SI), proses, kompetensi lulusan(SKL), tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

KTSP menekankan pada kemampuan yang harus dicapai, dan dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal apa yang harus dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing ditingkat regional maupun global., karena persaingan sumber daya manusia. Karateristik kurikulum ini adalah sebagai berikut.
1. Hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi yang dapat didemonstrasikan atau ditampilkan.
2. Semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua konpetensi dasar.
3. Kecepatan belajar peserta didik tidak sama.
4. Penilaian menggunakan acuan criteria.
5. Ada program remedial, pengayaan, dan percepatan.
6. Tenaga pengajar atau pendidik merancang pengalaman belajar peserta didik.
7. Tenaga pengajar sebagai fasilitator.
8. Pembelajaran mencakup aspek afektif yang terintegrasi dalam semua bidang studi.


4. ANALISIS KONTEKS KTSP JENJANG SMP
a. Analisis Konteks
Nama Sekolah : SMP N 1 Bojong
Alamat : Jln. Raya Rejosari Bojong, Kabupaten Pekalongan
Status : Sekolah Standar Nasional






o Analisis Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Aspek Kesesuaian Keadaan dan Kebutuhan Saat Ini
Pencapaian Kesusuaian dengan Kebutuhan Saat Ini dan Masa Depan
Kesimpulan

Kerangka dasar dan struktur kurikulum Cukup sesuai
Beban belajar Sesuai

KTSP Kurang sesuai

Kalender Pendidikan Sesuai
SKL Satuan pendidikan Kurang sesuai
SKL kelompok mata pelajaran Kurang sesuai
SKL mata pelajaran Sesuai


o Kondisi Satuan Pendidikan
Aspek Kekuatan Kelemahan Kesimpulan
Peserta didik Kemampuan siswa yang beraneka ragam, ada yang sangat menonjol dalam nilai prestasi akademiknya Adanya PSB melalui kualifikasi khusus, yaitu melalui jalur akademik khusus dan olah raga maupun Seni
Adanya muatan input yang kurang sesuai harapan hanya mementingkan tujuan target SSN
Pendidik dan tenaga kependidikan Semua tenaga pendidik berkulifikasi sarjana Ada pendidik yang mengajar mata pelajaran tertentu yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu lulusan Adanya suatu ketidaksesuaian antara kebutuhan peserta didik dengan pendidik yang kurang selaras
Sarana dan prasarana Sarana penunjang: perpustakaan, lapangan olahraga, lab. IPA, lab. Komputer, Kurangnya fasilitas penunjang lainnya seperti lab. Bahasa dan lab. Kesenian Kurangnya sarana materi ajar serta keinovatifan siswa dalam mendayagunakan fasilitas
Biaya Dana pemerintah(BOS) dan BSOP Dana BOS tidak mencukupi dalam menunjang sarana prasarana serta fasilitas sekolah sehingga perlu iuran orang tua Adanya ketidakberimbangan anggaran sekolah dengan kebutuhan untuk kelancaran pembelajaran dan tujuan akademik
Program Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pembelajar dan program kalender akademik Kurangnya keterlibatan guru dalam penyusunan program karena adanya sistem birokrasi yang otonom Perlu melibatkan banyak komponen sekolah dalam menyusun program





o Peluang dan tantangan yang ada di masyarakat
Aspek Peluang Tantangan Kesimpulan
Komite sekolah Komite sekolah sangat mendukung dan partisipatif terhadap kemajuan sekolah Tidak mudah menyamakan persepsi kepada masyarakat yang heterogen Perlu kearifan dan kebijaksanaan sekolah dalam merangkul masyarakat yang beragam
Dewan pendidikan

Dinas pendidikan Dinas pendidikan setempat cukup mendukung dalam hal terintegrasinya wajib belajar 9 tahun
Asosiasi profesi Asosiasi profesi (misal PGRI) sudah terbentuk Kehadiran asosiasi PGRI kurang berperan dalam kemajuan program pendidikan
Dunia industri dan dunia kerja
Sumber daya alam

Sosial budaya




5. KEUNGGULAN KTSP (STRENGH)
Keunggulan KTSP yaitu:
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
6. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
7. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
8. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
9. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks sosial budaya.

10. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
11. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.
12. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa.
14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
17. Berpusat pada siswa.
18. Menggunakan berbagai sumber belajar.
19. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan.

6. KELEMAHAN KTSP (WEAKNESS)
Kelemahan KTSP yaitu:
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi.

7. PELUANG KTSP (OPPORTUNITY)
Peluang KTSP yaitu:
a. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat.
b. KTSP memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah–sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. Pola kurikulum baru pada KTSP adalah memberi kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, KTSP ini memberi peluang pada sekolah-sekolah plus untuk lebih mengambangkan variasi kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
o Manfaat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Civitas Akademika
1. Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah yang dibuat oleh BSNP sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengambangkan dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sehingga baik guru maupun kepala sekolah dituntut untuk lebih kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran, agar kualitas pendidikan bisa lebih baik. Karena guru dan kepala sekolah serta manajeman sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam proes belajar mengajar, dan mereka adalah orang yang diberi tanggung jawab dalam mengembangkan dan melaksanakan kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut.

2. Guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan.
Pada kurikulum –kurikulum sebelumnya peran guru adalah sebagai instruktur atau selalu memberi intruksi kepada siswa dan dianggap sebagai orang yang serba tahu segalanya, namun setelah adanya KTSP peran tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena dalam KTSP siswa diposisikan sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek didik, diaman siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran, hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berpikir mandiri, karena salah satu ciri pembelajaran efektif adalah “mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.”
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator dan tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya, sedangkan peran peserta didik adalah aktif dalam belajar dan mencerna pelajaran. Dalam KTSP dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran peserta didik aktif dan kritis, peserta didik tidak kosong tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang, maka dalam pembelajaran ini modelnya adalah model dialogis. Yang dimaksud dengan model dialogis adalah “model mencari bersama antara guru dan peserta didik.” Dengan adanya model dialogis ini maka peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya dan dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat.




8. KENDALA KTSP (THREAT)
Ketidaksiapan Sekolah Dasar dalam menyiapkan dokumen KTSP dapat dilihat dari keengganan dalam menyusun KTSP di sekolah yang dipengaruhi oleh tidak tersedianya dana yang memadai untuk menyusun dokumen serta kurangnya pembinaan dari pihak pengawas dan DIKNAS Kabupaten/Kota. Padahal peran tersebut sangat diharapkan oleh sekolah. Kondisi riil di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa sekolah dasar yang membeli perangkat dokumen KTSP dari berbagai penerbit yang harganya cukup mahal. Persoalan bagi guru yang paling dominan adalah menumbuhkan pembuatan model-model pembelajaran bagi guru. Kondisi ini menambah persoalan dalam implementasi KTSP di sekolah. Guru cenderung belum memanfaatkan model pembelajaran berbasis kearifan local serta belum tumbuh inovasi dalam pembuatan model pembelajaran. Padahal, kunci suksesnya pelaksanaan KTSP adalah inovasi pembelajaran yang terpusat pada siswa.
Implementasi KTSP di sekolah Menengah Pertama tidak jauh beda dengan kondisi yang dialami oleh sekolah-sekolah penyelenggara KTSP pada tingkat SD. Persoalan yang mengemuka adalah minimnya sosialisasi KTSP pada tingkat sekolah maupun guru. Pemahaman tentang KTSP cukup beragam terkait dengan konsep dasar filosofis maupun teknis pelaksanaan KTSP di sekolah. Dalam hal penataan sekolah perumusan tujuan, visi, dan isi sekolah belum terjabarkan secara implementatif dan terukur tentang upaya-upaya apa saja yang harus ditempuh dan pencapaiannya.
Pada tingkat guru persoalan yang mendasar adalah guru sangat membutuhkan pelatihan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan kata-kata operasional yang tepat dengan model-model pembelajaran secara terpadu. Kendala kedua adalah tentang pemahaman system penilaian secara format maupun hakekat penilaian sesuai amanat KTSP. Di samping itu, forum komunikasi guru bidang studi tidak berjalan sebagaimana mestinya, kendala utamanya adalah masalah pendanaan dan kurangnya tim pakar yang seharusnya dapat diatasi melalui peer teaching.
Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran pada umumnya terkait dengan bidang studi. Pada umumnya untuk mata pelajaran Sains sarana laboratorium kurang memadai. Inilah salah satu kendala pelaksanaan pembelajaran yang terintegrasi tidak berjalan sebagai mana mestinya.
Implementasi KTSP di sekolah Menengah Atas dalam konteks kelembagaan ditingkat sekolah sebagian besar sekolah belum terbentuk tim pengembang KTSP. KTSP disusun secara sepenuhnya merujuk pada BNSP dan belum diimbangi oleh inovasi dan kreativitas penyusunan yang berbasis pada kekuatan sekolah penyelenggara. Seperti, perumusan visi dan misi belum terjabarkan dengan baik dalam rencana strategis sekolah secara terukur pencapaiannya.
Pada tingkat guru masih dibutuhkan bimbingan tentang merumuskan kata-kata operasional dalam menyusun desain instruksional. Padahal, pemilihan kata-kata operasional sangat penting untuk menentukan ketepatan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya pemahaman tentang pembuatan model-model pembelajaran secara terpadu dan terintegrasi untuk semua bidang studi.
Disamping itu, pemahaman bagi guru tentang sistem penilaian dengan model KTSP belum sepenuhnya diikuti oleh guru. Kurangnya sosialisasi tentang KTSP bagi guru-guru sebagai faktor utamanya. Padahal, memahami secara komprehensif tentang KTSP baik ditingkat sekolah, perencanaan, pelaksanaan, dan sistem evaluasi sangat penting. Terutama pemahaman bagi guru sebagai pelaku agar KTSP dapat berjalan sebagaimana yang telah diamanatkan.
Sekolah diharapkan proaktif mempersiapkan diri menyongsong perubahan kurikulum dengan sikap yang positif dan upaya yang mendukung keberhasilan perubahan itu kearah yang lebih baik. Kepala sekolah dituntut untuk mamfasilitasi dan berinisiasi meningkatkan kemampuan guru-gurunya agar dapat memiliki bekal dan kompetensi yang memadai, tidak saja terampil mengajar dengan menggunakan bahan ajar siap saji, melainkan juga dapat menyusun dan merencanakan sendiri pengajarannya.
Tidak hanya itu, karena KTSP memberi peluang sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada dilingkungan sekitar, maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih kompleks dan adaptif terhadap perubahan. Daharapkan dengan diberlakukannya KTSP bisa merangsang guru untuk benar-benar kreatif dalam memfasilitasi siswanya untuk belajar dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar. Bahkan, guru harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan pada peserta didik.
Dalam pembelajaran bahasa, guru harus dapat mengetahui dua dimensi konteks belajar bahasa. Menurut Cunningsworth (1995) ada dua dimensi konteks belajar bahasa, yaitu konteks bahasa dan konteks anak. Konteks bahasa antara lain mensyaratkan bahasa yang dipelajari itu harus utuh, tidak lepas-lepas, dan jelas ragamnya. Konteks anak antara lain mensyaratkan bahasa yang dipelajari itu harus sesuai dengan lingkungan, kebutuhan bahasa, kematangan jiwa, dan minat anak. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Cunningsworth tersebut, pemilihan bahan ajar sudah sepatutnya mempertimbangkan kedua konteks tersebut. Nunan (1995) juga mengungkapkan bahwa bahan atau wacana pembelajaran bahasa sebaiknya dipilih berdasarkan konteks sosial, budaya, kebahasaan, dan kehidupan siswa.
Peserta didik perlu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk membaca secara individual. Misalnya, jika peserta didik datang lebih awal, mereka boleh membaca bacaan yang mereka pilih. Keleluasaan menentukan bahan ajar, seperti tertuang dalam KTSP, sebaiknya juga mempertimbangkan keleluasaan waktu untuk membaca dan mendiskusikan apa yang telah dibaca.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peserta didik berasal dari latar belakang yang beragam. Ada keluarga yang membiasakan anak untuk membaca, ada yang tidak. Guru dapat menunjukkan antusiasmenya dalam kesempatan membaca. Antusiasme guru ini dapat menjadi contoh yang baik bagi peserta didik. Guru juga dapat lebih dahulu membicarakan buku favoritnya, dan menunjukkan bagaimana waktu membaca adalah waktu yang sangat menyenangkan.

INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

• TES:
a. Tes tertulis, terdiri atas :
1) Tes Objektif :
a. Pilihan ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tnda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e.
1. Di bawah ini merupakan ciri-ciri karya tulis ilmiah, kecuali....
a. sistematis
b. menyajikan fakta subjektif
c. tidak emotif
d. tidak persuasif
e. ditulis secara tulus dan memuat kebenaran

2. Perhatikan data buku berikut!
Judul buku: Komposisi
Pengarang: Gorys Keraf
Tahun terbit: 1997
Kota terbit: Ende Flores
Penerbit: Nusa Indah
Penulisan daftar pustaka yang sesuai dengan EYD dari data buku dia atas adalah.....
a. Gorys, Keraf.1997.Komposisi. Nusa Indah: Ende-Flores.
b. Keraf, Gorys.Komposisi.1997. Nusa Indah: Ende-Flores
c. Keraf, Gorys.1997.Komposisi.. Nusa Indah: Ende-Flores
d. Keraf, Gorys.1997.Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah
e. Gorys, Keraf.1997.Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah

3. 1. paper 2. makalah 3. kertas kerja 4. skripsi
Berdasarkan data di atas yang merupakan jenis karya ilmiah profesional adalah.....
a. 1,2 c. 2,3 e. 1,4
b. 1,3 d. 3,4
b. Benar salah


c. Menjodohkan


d. Mengisi isian rumpang
Rembulan nanar menatap atap
Hilang berpendar pudar ... (1)
Tertegun sejenak tetap tertangkap
Pulang kembali hamba ... (2)
Hilang sudah apa yang ada
Kapan Tuhan memberikan ... (3) kepada kita.
Agar menimbulkan irama tertentu, isilah kata yang tepat untuk melengkapi puisi di atas?

e. Sebab akibat



f. Esai tertutup

2) Tes Subjektif
a. Tes uraian bebas

b. Tes Lisan
c. Tes kinerja

2. NONTES :
a. Kuesioner
b. Pengamatan
c. Wawancara
d. Penugasan
e. Portofolio






RANCANGAN WAWANCARA TENTANG SUATU FAKTOR
TERDIRI ATAS 5 INDIKATOR

• Wawancara dengan topik : Minat Baca Siswa SMP
Indikator :
a. Berapa jumlah buku yang dibaca dalam satu bulan ?
• Sebulan membaca 1 buku
• Sebulan membaca 2 buku
• Sebulan membaca 3 buku
• Sebulan membaca 4 buku
• Tidak membaca buku sama sekali
b. Apa saja jenis buku bacaan yang dibaca?
• Banyak buku dan beraneka jenis
• Hanya buku–buku sastra
• Hanya buku–buku pengetahuan
• Hanya buku pelajaran
• Hanya media massa/ koran
c. Berapa kali siswa mengunjungi perpustakaan ?
• Setiap hari
• Setiap seminggu sekali
• Satu bulan sekali
• Setiap ada waktu
• Tidak sama sekali
d. Bagimana kesan siswa terhadap buku yang dibaca?
• Menyenangkan
• Menjenuhkan
• Melelahkan
• Menyedihkan
• Tidak tahu

e. Berapa banyaknya buku yang dirangkum siswa?
• 1 – 2 buku
• 3 – 4 buku
• 5 – 6 buku
• Semua buku
• Tidak ada yang dirangkum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar